Tari
Lengger Sebagai Tari Ritual Pada awalnya kesenian lengger diciptakan sebagai
sebuah tarian ritual yang berfungsi sebagai sarana tolak balak dan media
ruwatan. Kesenian Lengger sudah ada sejak dulu dan pernah di gunakan oleh Sunan
Kalijaga untuk menarik pemuda agar rajin ke masjid. Kesenian lengger merupakan
keseenian tradisional kerakyatan yang mewarnai kehidupan masyarakat dataran
tinggi Dieng, kesenian ini bermanfaat bagi kehidupan masyarakat seperti bersih
desa, sebagai pelengkap upacara hari besar, sebagai hiburan, dan juga media
pendidikan. Seorang penari Lengger dituntut harus mampu menari dan menyanyi,
dengan memainkan gerakan secara lincah dan dinamis hal ini merupakan ciri khas
identitas daerah, bahkan menjadi nilai-nilai budaya yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Keberadaan kesenian Lengger di Dieng dan berbagai daerah seperti di
telan zaman yang kian lama semakin surut. Jika ditinjau kembali daya minat
masyarakat semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh gejala-gejala
modernisasi.
terkait
dengan kesenian rakyat sejenis tayub. Tayub di Wonosobo dikenal dengan nama
Lengger, tradisi ritual yang ada di wilayah Wonosobo selalu terhubung dengan
Lengger. Salah satu contohnya adalah ketika acara panen tiba, bersih desa, dan
ruwatan rambut gimbal. Lengger merupakan tari dengan tema kesenian kerakyatan
yang merupakan salah satu karya yang ada di Wonosobo.
Keberadaan Lengger sebagai persembahan ritual
yang mampu bertahan sampai sekarang ini karena kemampuan masyarakat desa Kecis
yang selalu mengupaya mengikuti perkembangan jaman serta menyesuaikan dengan
lingkungan sekitarnya maupun lingkungan yang lebih luas. Hal ini terbukti
dengan beberapa upaya pengembangan bentuk-bentuk visual rangkaian acara yang
menyertai tradisi ini. Pertunjukkan yang mendukung tradisi seperti tari Lengger
juga mengalami perkembangan dari segi gerak – gerak yang lebih bervariasi,
iringan yang sudah digarap sedemikian rupa untuk menarik penonton, kostum dan
rias penari maupun penabuh gamelan juga dimodifikasi sedemikian rupa dengan
tujuan meyesuaikan perkembangan jaman serta selera masyarakat yang terus
berkembang. Upaya-upaya ke arah pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat
Kecis merupakan wujud dari upaya adaptasi atau menyesuaikan dengan perkembangan
jaman agar tradisi ini tidak hilang.
Fungsi
ritual yang ada di dusun Kecis, Selomarto, Wonosobo tidak hilang hingga saat
ini, sehingga munculnya kesenian tradisi seperti Lengger yang sebelumnya muncul
dengan nama Topeng Lengger tetap menjadi warisan budaya Wonosobo. Fungsi yang
ada saaat ini mengenai kesenian Lengger tidaklah hanya dalam konteks ritual
saja, namun juga sebagai hiburan dan juga media pendidikan. B. Tari Lengger
Sebagai Tari Hiburan atau Tontonan Wonosobo awalnya terkenal dengan kesenian
topeng Lengger yang sampai saat ini masih digemari dan berkembang di Kabupaten
Wonosobo. Topeng Lengger dirintis disebuah desa yang ada di Kabupaten Wonosobo
yaitu tepatnya di desa Kecis, Giyanti, Kecamatan Selamarto. Lénggér yang
artinya tledhek lakilaki. Kalebu tarian tradisional, yang sudah sangat lama
dikenal di tanah Jawa Tengah. Lénggér, berasal dari kata eling ngger. Tarian
ini memberikan nasehat
Tari
topeng Lénggér dipentaskan oleh dua orang, laki-laki dan perempuan, laki-laki
memakai topeng dan perempuan mengenakan baju tradisional.Mereka menari antara
10 menit dalam setiap babak. Diiringi alunan musik gambang, saron, kendang,
gong, dan lainnya. Penari perempuan didandani seperti putri keraton jawa jaman
dahulu dengan menggunakan kemben dan selendang. Penari laki-laki tampil
menggunakan topeng. Kesenian topeng Lengger ini merangkum banyak kesenian
didalam sajian pertunjukannya, rangkaian pertunjukannya adalah sebagai berikut:
Kuda kepang, Gendhing tolak balak, Pembakaran
kemenyan, Gambyong Lengger, Lenggeran
pertunjukan
pada umumnya. Munculnya tari sebagai tontonan berkembang dengan adanya
tari-tari kreasi baru dan tercipnya tari garapan yang merujuk pada drama tari
baru. Kesenian rakyat semacam kuda kepang, tayub, slawatan, dan tentunya
lengger termasuk jenis kesenian untuk golongan masyarakat kelas bawah atau wong
cilik. Maka dalam konteks ini perlu upaya dan pengembangan seni-seni
tradisional harus dilakukan secara cermat dan dengan konsep pemahaman yang
matang dan proposional
Lengger
sebagai media pendidikan, saat ini tari Lengger dikenalkan kepada siswa dan
siswi yang ada dibangku sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas.
Muatan lokal yang ada di sekolah d Wilayah Wonosobo mengambil materi tari Lengger
sebagai pembelajaran seni. Tidak hanya sekolah yang menyampaikan materi Lengger
sebagai ekstrakurikuler, akan tetapi sanggar yang ada di wilayah Wonosobo
memiliki
kreasi masing-masing dalam memberikan materi tari Lengger. Bentuk penyajian
yang ada saat ini tidak lagi utuh layakanya penyajian dalam konteks ritual.
Sanggar yang ada menciptakan tari Legger dengan model kreasi baru yang massih
tetap berbijak pada gerak Lengger tradisi. Salah satu contoh lahirnya tari
garapan kreasi baru Sindhung Lengger yang ada di Giyanti, Wonosobo. Gerak yang
ada dalam Sindhung Lengger berpijak pada gerak Lengger, hanya saja mengalami
pengembangan tenaga, waktu, dan keruangan. Oleh karena itu, saat ini kesenian
Lengger tidak hanya dikenal dalam konteks ritual saja, namun sasarannya juga
berkembang menjadi tari yang digunakan sebagai sarana pendidikan.
Bentuk
Penyajian Tari Topeng Lengger
Tema (Waktu dan Tempat Pertunjukan)
Kesenian lengger,
lengger
merupakan bentuk kesenian rakyat yang dianggap sebagai warisan budaya yang
turun temurun dari generasi ke generasi. Kesenian lengger biasanya
diselenggarakan oleh masyarakat petani desa di wilayah Wonosobo sendiri. Gerak
yang dilakukan penari lengger adalah gerakgerak yang sederhana, dan terkesan
monoton karena gerak yang dilakukan hanya diulang-ulang. Awal mulanya Lengger
hanya difungsikan sebagai tari dalam ritual kesuburan layaknya tayub, namun
sesuai berkembangnya jaman Lengger melahirkan regenerasi dan dikemas dalam
bentuk kreasi baru oleh sanggarsanggar yang ada di Wonosobo. Lengger yang
ditarikan oleh penari pria dan wanita, dari sinilah bentuk kesuburan itu
diartikan.
Dalam
bentuk penyajiannya, Lengger memiliki banyak babak dan setiap babaknya memiliki
makna tersendiri. Kesenian Lengger ini biasanya di pagelarkan di arena terbuka.
Dulunya kesenian ini di pentaskan semalam suntuk, akan tetapi sekarang ini
Lengger dipentaskan berdasarkan orang yang menanggapnya. Setiap babak dalam
tari Lengger biasanya berdurasi 10-15 menit. Waktu pentas kesenian Lengger
dimulai dari jam 20.00 sampai jam 24.00. Sebelum pentas, biasanya Lengger
diawali dengan sajian karawitan gending Patalon sebagai pertanda akan
dimulainya pertunjukan.
Penari
Lengger ditarikan oleh dua penari yaitu penari putra dan putri.
Kuda
kepang : ditarikan oleh lebih dari 4 hingga 10 penari laki-laki
Gending
Tolak Balak: gending Panggeran dan Lempung Gunung
Pembakaran
kemenyan / sesaji
Gambyong
lengger : ditarikan oleh sekelompok penari putri (2-6 penari)
Lenggeran
: dalam babak ini memiliki 20 gending, lenggeran ini adalah inti (tari
berpasangan) keluarnya penari lengger (penari putri) dan penari putra
(pengibing).
Beberapa
contoh gending yang sering digunakan dalam pertunjukan Lengger adalah sebagai
berikut:
Gending
Sulasih : menggambarkan permohonan untuk kelancaran pertunjukan Gending
Kinayakan : gending untuk mengiring penari yang berkarakter putera halus
Gending
Sontoloyo : penggembaran seorang perwira
Gending
Menyan Putih : syair untuk mengajak beribadah
Gending
Kebogiro : menggambarkan karakter putera keras 13
Gending
Gondhang Keli : mengisahkan kematian
Gending
Ragu-ragu : menggambarkan keraguan seseorang dalam bertindak
Gending
Jangkrik Genggong : menggambarkan sakitnya berjalan diatas lumpur dalam masalah
Ragam
Gerak Ragam geraknya meliputi gerak Majeg melambangkan kemantapan dalam
melakukan gerak, egolan melambangkan keerotisan wanita, lembehan melambangkan
sikap pasrah mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, untal tali melambangkan
pertentangan baik dan buruk, egol muter melambangkan manusia sedang memutari
kiblat (jagad/ dunia), kipatan melambangkan kewaspadaan agar terlindung dari
segala sesuatu yang kurang baik, penthangan melambangkan penyatuan tujuan dari
segala penjuru, arah gerak/langkah, dan seblak sampur melambangkan gambaran
dalam menghalau zat-zat yang negatif. Motif gerak dalam tari Lengger meliputi ;
lampah sekar, mincek, jinjitan golekan, ngencek, sindir (sabetan), dan sendi (srisig)
Rias
dan Busana Rias yang dikenakan oleh penari putera dan putri adalah: Rias
korektif (cantik) putri Rias karakter (gagah, keras, halus)
putera
Busana yang dikenakan adalah sebagai berikut: Putri : jamang bulu, sumping,
baju rompi / kemben, selendang mute, kain jarik, korset / stagen, sampur.
Putera
: iket kepala, kain jarik, celan selutut (cinde/ bludru), bara samir, sabuk
kamus, sampur, stagen, gelang tangan, baju (sorjan dengan gulon ster karakter
gagah dan halus, baju rompi deengan kace untuk karakter keras)
Iringan
musik Iringan yang digunakan untuk mengiring Lengger adalah jenis lancaran
slendro dan pelog, gending-gending yang digunakan adalah gending Babadono,
sedangkan lancaran yang dipakai adalah :
Lancaran
Sulasih, slendro pathet manyura Lancaran Kinayakan, slendro manyura 16 Lancaran
Sontoloyo, pelog sanga Lancaran Menyan Putih, pelog sanga Lancaran Kebo Giro,
pelog sanga
Alat
musik yang digunakan adalah gamelan.
Antara
lain: bonang barung, bonang penerus, demung, saron, peking, kethuk, kenong,
gong, bendhe, kempul, dan kendhang batangan.
Mengenai
bentuk penyajian Lengger yang ada di Wonosobo juga sudah mengalami perubahan
berdasarkan kajian fungsi ritual, hiburan, dan pendidikan. Hal yang
membedakannya hanya terlihat lebih spesifik dari rangkaian atau bisa dikatan
susunan penyajian tarinya sendiri. Lengger sebagai fungsi ritual dalam
penyajiannya masih terlihat utuh dari segi babak per babaknya.
Diposting
oleh: Hilda Rahmawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar