Tari
Topeng Endel. Di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa, tarian bertopeng telah ada setidaknya sejak abad ke-8
M. Di mulai dari lahirnya Tari Topeng Malangan di
Jawa Timur, kemudian menyebar ke Cirebon, Jawa Barat. Seiring perkembangan
lahir pula tarian sejenis di wilayah sekitar Cirebon, termasuk juga sampai di
Tegal, Jawa Tengah.
Tarian Topeng Endel atau Tari Endel
merupakan satu di antara varian tarian topeng yang ada di Tegal. Sebuah tari
pergaulan tradisional kerakyatan kebanggaan masyarakat Kota Tegal dan Kabupaten
Tegal. Tari ini pernah mendapat rekor MURI setelah ditampilkan oleh 1.700
murid-murid sekolah dasar pada saat perayaan hari jadi Kabupaten Tegal.
Endel
atau kemayu merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang bisa
berarti kenes atau genit, identik dengan kaum wanita. Dapat
disimpulkan bahwa Tari Topeng Endel merupakan tarian topeng oleh para wanita
dengan gerak tari cenderung genit, lincah dan berani. Secara simbolik tari ini
mewakili karakter kaum perempuan di Tegal.
Dalam
pertunjukannya, tari ini lebih menonjolkan keindahan, kedinamisan dan kelincahan
gerak tari. Apa yang disajikan terkesan menggoda atau menarik perhatian
penonton, khususnya kaum laki-laki. Sering kali dipersembahkan untuk menyambut
tamu, atau dalam koreografer lain juga sebagai tari pergaulan yang menghibur.
Sejarah Tari
Topeng Endel
Tari
Topeng Endel merupakan tarian tradisional Tegal yang tumbuh di desa Slarang
Lor, kecamatan Dukuhwaru, kabupaten Tegal. Tersebutlah seorang ibu bernama
Darem sebagai koreografer pertama tarian ini. Setelah beliau tidak mampu lagi
menarikannya, pada tahun 1950-an diturunkan pada anaknya yang bernama Warni.
Topeng Endel Adalah bentuk topeng wanita dengan
kostum endel yang mirip penari Gambyong. Tariannya diiringi gending lancaran
ombak banyu laras slendro manyuro. Topeng Kresna bermuka merah jambu dan
berambut. Gending pengiringnya adalah lancaran lelenderan naik lancaran
praliman. Topeng Panji bermuka menunduk (luruh). Mukanya berwarna putih,
berambut mirip tokoh Arjuna. Gending pengiringnya adalah lancaran gunung sari
laras slendro patet nem.
Untuk topeng Patihan sendiri memiliki mata khas yang terbuka
lebar sebagai wakil dari tokoh Setiati dan Patihan Jawa, berwarna merah tua.
Lancaran blendrang laras slendro patet manyuro merupakan gending yang biasa
mengiringi topeng patihan. Sementara topeng Lanyapan dan Alus memiliki bentuk
wajah yang menunduk (temungkul) dan berkumis. Warna wajah topeng lanyapan alus
ini sendiri berwarna kuning gading dan mirip dengan tokoh Bambangan dalam warna
kulit purwa. Gending pengiring tari topeng ini adalah lancaran lagon semarangan
laras slendro patetnem.
Yang terakhir adalah topeng kelana. Topeng kelana memiliki mata yang terbuka lebar, hidung menengadah ke atas dan panjang. Mulut dan gigi topeng kelana terbuka, bertaring pendek dengan warna wajah merah tua, mirip dengan toko Dasamuka. Sebagai pengiringnya adalah lancaran gonjing truntung laras slendro patet manyuro.
Yang terakhir adalah topeng kelana. Topeng kelana memiliki mata yang terbuka lebar, hidung menengadah ke atas dan panjang. Mulut dan gigi topeng kelana terbuka, bertaring pendek dengan warna wajah merah tua, mirip dengan toko Dasamuka. Sebagai pengiringnya adalah lancaran gonjing truntung laras slendro patet manyuro.
Selain enam topeng diatas, terdapa pula bentuk topeng
tambahan yakni Punakawan dan topeng Kelana Yaksa serta beberapa tokoh lain yang
biasanya disesuikan dengan kebutuhan cerita tari.
Dari informasi yang dikutip dan dirilis Dewan Kesenian Tegal
(DKT), wayang topeng Tegal berada di puncak kejayaan pada tahun 1960-an.
Sayangnya, kejayaan wayang topeng Tegal mulai tergusur oleh budaya modern pada
tahun 1980-an. Tari topeng Tegalan bisa dipentaskan siang maupun malam hari
sesuai permintaan. Pentas topeng biasanya sekitar 3-4 jam dengan diiringi 10
panjak atau pangrawit, seorang sinden, dan seorang dalang.
Tegal khususnya Kabupaten Tegal, memiliki maestro Tari Topel
Endel. Yaitu ibu Suwitri, seorang ibu yang lahir dari tahun 1948.
Beliau senantiasa menjaga dan merawat Tari Topeng Endel dari semasa beliau muda
hingga sekarang. Dan pada tahun 2010 beliau dianugrahi Maestro Tokoh Penari
Khas Kabupaten Tegal dari Bupati Tegal.
Tari
ini telah diturunkan melalui tiga generasi dan pewaris yang populer sebagai
tokoh penting kesenian ini adalah ibu Sawitri yang mewarisi pada dasawarsa
1960-an. Tahun 1950-1960 disebut sebagai masa-masa puncak kejayaan tarian ini,
sebelum akhirnya secara perlahan popularitasnya surut kembali.
Dalam
perkembangan selanjutnya, pada tahun 2004 oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kab. Tegal dibuatlah iringan dan rekaman gambar berbagai Tari Topeng Tegal
dalam bentuk VCD. Bersama tari-tarian topeng Tegal lainnya dalam rekaman
tersebut, Tari Endel disahkan oleh bupati Tegal sebagai tarian khas Tegal.
Pada
masa sekarang Tari Topeng Endel sudah dikenal secara luas dan menjadi kesenian
kebanggaan masyarakat di Kota dan Kabupaten Tegal. Seperti disebutkan di
awal-awal paragraf, tari ini pernah menyandang predikat rekor MURI setelah
ditarikan oleh 1.700 penari yang semuanya murid-murid sekolah dasar.
Penghargaan
MURI kiranya mampu menjadi penyemangat para seniman tari Tegal. Bersama Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tegal, mereka bekerja keras mempopulerkan tarian
ini. Sementara itu, ibu Sawitri dinobatkan sebagai sang maestro tari oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata pusat di Jakarta.
Penyajian Tari Topeng Endel
Tarian
Topeng Tegal merupakan tarian khusus wanita, karena memang menggambarkan
perilaku dan karakter wanita Tegal. Tari ini diciptakan dengan melihat
kenyataan yang terjadi dan dilihat setiap hari oleh sang koreografer. Dipadukan
dengan gerak tari gaya Sunda dan penggunaan topeng seperti halnya Tari Topeng Cirebon.
Dalam
pertunjukannya, Topeng hanya digunakan hanya saat pertengahan saja. Awalnya,
penari masih menjadi diri sendiri dan menari dengan lemah lembut dan gemulai
hingga pertengahan pertunjukan saat mereka kemudian bertopeng dan membawakan
gerakan sesuai dengan karakter topeng yang dikenakannya.
Saat menggunakan topeng, penari
lebih menghadirkan gerakan yang menantang, energik, terkesan berani dan erotis.
Gerakan tari saat penari bertopeng cenderung seperti tari gaya Sunda Jawa
Barat, Tari Jaipongan misalnya.
Saat pertunjukan akan berakhir topeng pun dilepas dan penari seolah kembali
menjadi diri sendiri.
Dalam penyajian tari yang terdiri
dari dua babak, babak kosongan dan babak dimana tarian disesuaikan dengan
topeng, ragam gerak yang disajikan adalah sebagai berikut :
Sikap Pada :
Tangan kanan menentang lurus, tangan kiri menekuk nyiku. Sikap topeng
gedheg (menggeleng kepala), kaki mendhak dan tanjak kanan.
Sikap Giyul (Egolan) :
Pantat egol dengan kaki jejer jenjeng. Tangan
kanan dan kiri lurus gerak bergantian. Topeng tolehan ke kanan dan kiri mengikuti
gerak tangan.
Sikap Lontang :
Kedua tangan lambean di depan dada, kepala tolehan. Sikap kaki jalan di tempat
dan sikap badan sebagai proses gerak tangan dan kaki.
Tari ini disajikan dengan iringan
seperangkat Gamelan Jawa,
terdiri dari Bonang, Saron, Kendang, Demung, Kenong, Kethuk, Kempul dan Gong.
Adapun gending yang mengiringinya
adalah gending Ombak Banyu dan Ilo-Ilo Itek. Dalam
hal tata busana, penari menggunakan kostum mirip penari Tari
Gambyong.
Sebagai tari penyambutan, Tarian
Topeng Endel bisa ditarikan secara massal, berpasangan ataupun tunggal di
panggung atau di tempat terbuka lain seperti lapangan. Tari ini biasa
ditampilkan setiap tahunnya pada saat acara peringatan hari jadi Kota Tegal
yang difungsikan untuk menyambut tamu undangan.
Diposting
oleh: Hilda Rahmawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar