Tradisi Panjang Jimat Cirebon


Ale Writer 
Malam everyone. Sedikit spill aja makasih udah setia baca artikel Kalih Njagi huhu sedi so touchin’ & jangan lupa updates terus ya Swipe/Scrolling, Thcie so much darl

Lost of love and affection, Ale💖


 Panjang Jimat Cirebon

Hasil gambar untuk panjang jimat cirebon

Panjang Jimat adalah tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Meskipun digelar malam hari, tradisi ini tetap menjadi sesuatu yang menarik. Di Keraton Kanoman misalnya, ribuan masyarakat tampak menyemut di sepanjang jalan yang dilewati kirab Panjang Jimat, dari bangsal Jinem menuju Masjid Kanoman. Iring-iringan keluarga keraton dan para abdi dalem bergerak dengan membawa benda-benda pusaka, juga obor, lilin besar, tombak, hingga nasi jimat.
Setelah iring-iringan Panjang Jimat masuk ke dalam masjid, acara dilanjutkan dengan marhabanan, Tawasulan dan juga doa bersama untuk kebaikan masyarakat. Sementara itu, di Keraton Kaprabonan juga digelar tradisi yang juga disebut Pelal Ageng untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammada SAW.
Tradisi itu diawali dengan penyerahan keris Ki Jagasatru dari Raja Hempi Kaprabon untuk kemudian dikirab bersama dengan Nasi Jimat yang telah didoakan sebelumnya. Kirab Keris Ki Jagasatru dan Nasi Jimat dimulai dari Keraton Kaprabonan melewati Jl Lemahwungkuk, Jl Pengampon, Jl Merdeka, kembali lagi ke Jl Lemahwungkuk, dan terakhir ke Keraton Kaprabonan.
Sepanjang perjalanan, para peserta kirab tak henti menyenandungkan salawat. Tidak sedikit pula masyarakat yang mengabadikan momen itu untuk didokumentasikan. Menurut Raja Hempi, Panjang Jimat berasal dari dua kata, yaitu panjang dan jimat. Panjang bermakna terus menerus dan tidak terputus. Sementara Jimat diambil dari kata Siji Kang Dilumat yang artinya satu yang diperlihara.
Sehingga Panjang Jimat diartikan sesatu yang dipelihara secara terus menerus dan tak terputus. “Panjang Jimat yang dimaksud adalah 2 kalimat syahadat yang dipelihara oleh umat Islam sedunia. Panjang Jimat memiliki pesan agar umat Islam harus terus menjaga dan memelihara syahadat agar selamat baik di dunia maupun di akhirat,” jelas Raja Hempi.
Raja Hempi melanjutkan, bulan maulid atau bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah bulan yang dimuliakan. Hal itulah yang mendorongnya 9 tahun lalu, atau tepatnya pada tahun 2010 untuk menggelar kembali tradisi panjang jimat. Padahal di Keraton Kaprabonan sendiri tradisi itu sudah vakum sejak tahun 1974.
Dirinya tergugah untuk melestarikan budaya dan tradisi maulid seperti yang dilakukan oleh keraton lainya di Kota Cirebon. Bahkan ia bertekad tradisi yang dilakukan di Keraton Kaprabonan sedikit demi sedikit mendapatkan sentuhan agar tetap lestari.
“Tradisi Panjang jimat di sini (Keraton Kaprabonan) baru dilakukan pada tahun 2010 setelah sekian lama vakum. Mudah-mudahan ke depan setiap tradisi yang dilaksanakan di Keraton Kaprabonan bisa diperbaiki supaya lebih baik lagi,” pungkasnya.

Upacara panjang jimat

Panjang Jimat Tradisi Maulid Nabi di di peak Sejak negara api menyerang zaman Khalifah dan bah danton 1933 M, peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau maulid Nabi kerap di istimewakan. Tujuannya, tidak lain untuk mengenang dan selalu meneladani nabi Muhammad SAW.
Tak heran jika di Isekai pengaruh tersebut hingga saat ini kental diraskan masyarakat, para pemuka agama yang nota bene berada di tiga keraton Cirebon, Kanoman, Kasepuhan dan Kacirebonan, pada abad ke 15 lalu mengadopsi kegiatan tersebut yang disesuaikan dengan adat keraton yakni digelarnya upacara panjang jimat atau kerap disebut pelal.
Tiga keraton di Cirebon secara serentak menggelar upacara panjang Jimat. Upacara dihadiri ribuan masyarakat yang berdatangan dari berbagai daerah. Mereka, sengaja datang ke tiga keraton hanya untuk menyaksikan proses upacara.
Pelaksanaan upacara panjang jimat, lebih ramai terlihat di Keraton Kasepuan dan Kanoman. Di kedua keraton tersebut, tampak ribuan warga memadati seluruh area keraton sejak Jumat siang hingga malam kemarin.
Di Cirebon, peringatan maulid nabi juga turut digelar di makan Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Dimakam tersebut juga, turut dipadati oleh ribuan orang yang sengaja ingin menghabiskan waktu malam Maulid Nabi.
Upacara panjang jimat merupakan puncak acara peringatan maulid Nabi di tiga keraton. Di keraton Kanoman, upacara digelar sekira pukul 21.00 WIB yang ditandai dengan sembilan kali bunyi lonceng Gajah Mungkur yang berada di gerbang depan keraton. Suara lonceng tersebut merupakan tanda dibukanya upacara panjang jimat.
“Setelah lonceng dibunyikan, Pangeran Patih PRM Qodiran mewakili Sultan Kanoman XII Sultan Raja Muhammad Emirudin yang menggunakan jubah Emas keluar dari ruang mande mastaka menuju bangsal jinem,”tutur Humas Keraton Kanoman Elang Arief Rahman saat ditemuai disela acara.
Di bangsal Jinem, pangeran menerima sungkem dari pangeran komisi, Rohim, sebagai tanda dimulainya proses panjang jimat. Selama prosesi upacara digelar, Pangeran Patih sama sekali tidak diperkenankan bicara sepatah kata pun. Ini dilakukan sebagai simbol istiqomah.
Tidak hanya genderang lonceng dibunyikan, tanda pembukaan upacara panjang jimat juga ditandai dengan tiupan pluit yang mengisyaratkan kepada warga agar memberikan jalan bagi iring-iringan famili yang diikuti abdi dalem menuju langgar alit yang berjarak sekitar 500 meter.
Setelah pangeran komisi memberikan sungkem kepada Pangeran Patih, iring-iringan mulai berjalan. Pangeran patih bersama famili berada paling depan. Dalam perjalan menuju langgar alit, seluruh iring-iringan membacakan sholawat nabi.
Iring-iringan rombongan dikuti oleh rombongan wanita bangsawan yang tidak sedang datang bulan. Mereka membawa barang pusaka keraton, dan perlengkapan rumah tangga seperti piring, lodor, kendi dan barang peningglan sejarah lainnya.
Perjalanan rombongan diawali dari depan pendopo keraton, kemudian melewati Pintu Si Blawong yang dibuka hanya pada prosesi maulid saja dan berakhir di Masjid Agung Kanoman yang dibangun tahun 1679 Masehi.
Saat perjalanan menuju masjid, ribuan warga berebut memadati sepanjang jalan yang dilewati rombongan. Tidak sedikit, warga yang sengaja menghamiri sultan hanya untuk bersalaman dan berharap mendapat berkah. Setelah tiba di masjid, seluruh rombongan duduk rapi di dalam masjid. Ditempat itu, turut dibacakan riwayat Nabi,pembacaan barjanji, kalimat Thoyyibah, sholawat Nabi dan ditutup dengan berdoa bersama.
Setelah acara usai, sekira pukul 24.00 WIB seluruh nasi dan lauk pauk yang dibawa rombongan dibagikan kepada keluarga sultan, famili, abdi dalem, dan seluruh warga yang berada di luar halaman masjid.
“Dalam ritual ini, kata panjang ditafsirkan secara harfiah, adalah bentuk piring dan perabotan dapur peninggalan sejarah yang diisi dengan makanan dengan dianalogikan dengan prosesi kelahiran nabi,”tegas Arif.
“Sedangkan kata Jimat, terang Arif, merupakan akronim dari kata Diaji dan Dirumat yang berarti dipelajari dan diamalkan yakni ajaran-ajaran Islam dengan manauladani Mabi Muhammad,”tegasnya.
Setelah proses doa bersama selesai, seluruh rombongan kembali ketempat semulia. Pangeran Patih dan famili langsung masuk kedalam keraton. Sementara, rombongan yang membawa benda pusaka kembali menuju langgar alit.


Source by :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram