Tari topeng merupakan kesenian tradisional asal Cirebon yang sudah melegenda. Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu daya tarik sekaligus pesona budaya yang terdapat di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Bukan saja pesona bagi wisatawan domestik, tapi juga bagi para turis asing yang ingin mengetahui seperti apa Tari Topeng Cirebon itu. Namun, masyarakat Indonesia sendiri sampai saat ini masih banyak yang belum mengetahui sejarah dan makna Tari Topeng Cirebon itu sendiri Dibalik keindahan gerak tariannya menyimpan makna filosofis tentang kehidupan. tari topeng Cirebon memilki lima karakter topeng, yaitu Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung, dan Klana. Masing-masing kelima topeng itu menggambarkan perjalanan kehidupan manusia. Tari topeng, gambarkan perjalanan manusia dari mulai lahir hingga sampai masa kejayaan, Topeng panji memiliki warna putih yang melambangkan sosok manusia yang baru mengenal dunia dengan karakter alim atau perlambang kesucian. Topeng samba berwarna putih gading dan digambarkan sebagai seseorang yang selalu belajar atau ikhtiar serta memiliki sifat lincah dan ingin tahu. Kemudian topeng rumyang yang mempunyai dua karakter yaitu lembut dan gagah. Rumyang sendiri berwarna merah muda dengan paras yang menengadah. Lalu, topeng tumenggung berwarna merah muda tua yang merupakan gambaran dari kemapanan. Tumenggung adalah utusan raja yang patuh pada pimpinan. Bentuk dari topeng tumenggung sendiri memiki mata belo, berkumis dan digambarkan gagah.Terakhir, topeng klana berwarna merah simbol dari angkara murka dan titik puncak dari fase kehidupan. Ketika seseorang berada pada fase ini terkadang lupa diri, seenaknya serta dikendalikan oleh nafsu.
Ketika masa itu, tari topeng digunakan oleh para wali sebagai media menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Karena bisa mengundang orang untuk datang berkumpul. Ketika berdakwah dengan media tari topeng para wali atau sunan menyisipkan ajaran Islam didalamnya. Dia menambahkan dalam pementasan tari topeng biasanya diiringi dengan musik dari gamelan. Dan seiring perkembangan jaman, gaya tari topeng pun mulai berkembang.
Seperti disebut dalam kesejarahan tari ini, awalnya Tari Topeng Cirebon lebih dikonsentrasikan di lingkungan keraton. Seiring perkembangannya, lama-kelamaan kesenian ini kembali, melepaskan diri dan dianggap sebagai rumpun tari yang berasal dari tarian rakyat. Sementara itu, karena pada masa Islam tari ini lebih diupayakan untuk penyebaran agama, maka dikemaslah pertunjukan ini menjadi bermuatan filosofis dan berwatak atau wanda.
Pengemasan yang dimaksud adalah lebih menggambarkan ketakwaan dalam beragama serta tingkatan sifat manusia, diantaranya sebagai berikut :
• Makrifat (Insan Kamil) : Tingkatan tertinggi manusia dalam beragama dan sudah sesuai dengan syariat agama.
• Hakikat : Pengambaran manusia yang berilmu, sehingga telah faham mana yang menjadi hak seorang hamba dan mana yang hak sang Khalik.
• Tarekat : Gambaran manusia yang telah hidup dengan menjalankan agama dalam perilaku kehidupannya sehari-hari.
• Syariat : Sebagai gambaran manusia yang memulai untuk memasuki atau baru mengenal ajaran Islam.
Sebagai hasil budaya, Tari Topeng Cirebon mengusung nilai hiburan yang mengandung pesan-pesan terselubung. Unsur-unsur yang terkandung mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkan sangatlah menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga juga memiliki nilai pendidikan.
Aspek kehidupan dalam hal ini sangatlah bervariasi, termasuk kepribadian, kepemimpinan, cinta, angkara murka, serta penggambaran hidup manusia sejak lahir hingga dewasa. Pada awalnya, Kesenian Topeng Cirebon dipentaskan di lingkungan terbuka yang biasanya berbentuk setengah lingkaran, seperti di halaman rumah, di blandongan (tenda), atau di bale (panggung) dengan menggunakan obor sebagai penerangan. Selanjutnya di zaman modern dan teknologi seperti sekarang ini, tari ini juga dipentaskan di dalam gedung dengan lampu listrik sebagai tata cahayanya. Mengenai struktur pagelaran akan selalu bergantung pada kemampuan rombongan, fasilitas, jenis penyajian serta lakon yang akan dibawakan.
Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Cirebon menggunakan Tari Topeng Cirebon ini sebagai aktivitas seni sekaligus mencari hiburan. Para penari dan penabuh gamelan Keraton harus mencari sumber hidup sebagai petani sehingga Tari Topeng Cirebon dijadikan sebagai media hiburan yang kemudian bertransformasi sehingga muncullah tarian seperti Losari, Selangit, Kreo, Palimanan dan lain-lain. Topeng Cirebon merupakan simbol penciptaan semesta yang dibuat berdasarkan sistem kepercayaan Indonesia purba Hindu-Budha-Majapahit yang disebut sebagai paham emanisasi. Paham emanasi ini tidak membedakan antara Pencipta dan ciptaan sehingga sifat manunggaling kawula gusti sangat erat dengan tarian tersebut. Selain itu, karena tarian ini tercipta atas dasar kepercayaan Hindu-Budha, maka pembawaannya harus didahului oleh persediaan sajian. Sajian tersebut bukanlah persembahan makanan untuk Sang Hyang Tunggal, melainkan sebuah simbol yang digunakan untuk melambangkan dualisme dan pengesaan.
Secara garis besar makna filosofis dan spiritualitas tari topeng Cirebon sendiri adalah semacam symbol penciptaan alam semesta yang berdasar pada sistem kepercayaan Hindu-Budha pengaruh dari kerajaan Majapahit yang menganut sistem emanasi yaitu adanya kesamaan antara sang pencipta (Dewa) dengan yang diciptakan (makhluk) karena menurut mereka ciptaan adalah bagian atau pancaran dari Sang Hyang Tunggal.
Sumber link dari artikel di atas :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar